Berbagai jenis pakan bagi ikan budidaya dipakai untuk menunjang mutu dan kuantitas ikan. Tak terkecuali dengan penggunaan artemia sebagai pakan. Udang berukuran mini ini mempunyai kandungan yang baik bagi perkembangan ikan konsumsi sehingga banyak dimanfaatkan selaku pakan yang bergizi.

Pakan alami merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan buatan benih ikan maupun udang. Sebagian besar pakan alami yakni plankton, tetapi plankton bisa dibagi atas 2 jenis yakni fitoplankton dan zooplankton, pakan alami memiliki beberapa kelebihan yakni ukurannya relatif kecil serta sesuai dengan kudapan verbal larva dan benih ikan, nilai nutrisinya tinggi, mudah dibudidayakan, gerakannya mampu merangsang ikan untuk memangsanya, bisa meningkat biak dengan secepatnya sehingga ketersediaanya mampu terjamin serta ongkosnya relatif murah.
Pakan ialah komponen terpenting dalam menunjang kemajuan dan kelancaran hidup ikan, salah satu pakan alami yang penting dan cocok untuk keperluan larva ikan dan larva udang yakni Artemia. Artemia merupakan jenis pakan alami dari kalangan zooplankton yang dimanfaatkan selaku pakan alami bagi banyak sekali macam larva ikan dan larva udang, Artemia memiliki nutrisi lengkap sehingga sangat cocok untuk pakan larva, Artemia juga sesuai dengan bukaan ekspresi ikan maupun udang. Artemia termasuk dalam golongan udang-udangan.
Artemia merupakan pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha budidaya ikan dan udang, di indonesia belum ditemukan adanya Artemia sehingga sampai dikala ini Indonesia masih mangimpor Artemia sebanyak 50 ton/tahun. Walaupun pakan buatan dalam banyak sekali jenis sudah berhasil dikembangkan dan cukup tersedia untuk larva ikan dan udang, tetapi Artemia masih tetap merupakan bagian yang esensial sebagai pakan larva ikan dan udang di unit pembenihan. Penetasan cysta Artemia bisa dilaksanakan dengan 2 tahap yaitu dengan cara dekapsulasi dan non-dekapsulasi. Namun secara biasa penetasan cysta artemia sering dijalankan dengan metode dekapsulasi sehingga banyak keuntungan bagi balai pembenihan maupun intansi yang yang lain.
Dekapsulasi yakni suatu cara penetasan cysta Artemia dengan melakukan proses penghilangan lapisan luar cysta tanpa mensugesti kelancaran hidup embrio. Sekitar 30 % energi embrio dipakai hanya untuk proses penetasan cangkang yang keras. Chorion cysta artemia bisa dihilangkan tanpa mensugesti kelangsungan hidup embrio dengan penggunaan larutan hipoklorit terhadap yang terhidrasi.

Artemia merupakan zooplankton yang diklasifikasikan ke dalam filum Arthropoda dan kelas Crustacea. Secara lengkap sistematika artemia bisa dijelaskan selaku berikut :
Klasifikasi Ilmiah :
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Branchiophoda
Ordo : Anostraca
Famili : Artemiidae
Genus : Artemia
Spesies : Artemia sp
Cysta artemia berupa lingkaran berlekuk dalam kondisi kering dan bulat sarat dalam kondisi lembap, warnanya coklat yang diselubungi oleh cangkang yang tebal dan berpengaruh cangkang ini berkhasiat untuk melindungi embrio terhadap efek kekeringan, benturan keras, sinar ultra violet dan membuat lebih mudah pengapungan. Artemia arif balig cukup nalar mempunyai ukuran antara 10-20 mm dengan berat sekitar 10 mg. Bagian kepalanya lebih besar dan lalu mengecil sampai serpihan ekor Mempunyai sepasang mata dan sepasang antenulla yang terletak pada bagian kepala. Pada potongan tubuh terdapat sebelas pasang kaki yang disebut thoracopoda. Alat kelamin terletak antara ekor dan pasangan kaki paling belakang, salah satu antena artemia jantan bermetamorfosis alat penjepit, sedangkan pada betina antena berfungsi sebagai alat sensor. Jika kandungan oksigen maksimal maka artemia akan berwarna kuning atau merah jambu. Warna ini bisa berganti menjadi kehijauan bila mereka banyak mengkonsumsi mikroalga pada kondisi yang ideal seperti ini, artemia akan berkembang dengan cepat.
Artemia satu-satunya genus dalam keluarga artemidae, Artemia didapatkan diseluruh dunia dipedalaman saltwater tetapi tidak di lautan Artemia hidup di perairan yang berkadar garam tinggi, ialah antara 15-30 ppt. Pada salinitas yang terlalu tinggi, telur tidak akan menetas yang disebabkan tekanan osmosis dari luar tubuh lebih tinggi, sehingga telur tidak mampu menyerap air yang cukup untuk metabolismenya. Artemia memiliki kesanggupan menyesuaikan diri dengan cepat kepada variasi tingkatan oksigen di perairan dengan menciptakan hemoglobin untuk memajukan afinitas oksigen. Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan artemia merupakan di atas 3 mg/L namun kadar oksigen kurang dari 2 mg/L bisa menjadi pembatas bikinan biomasa artemia.
Siklus hidup Artemia sp dimulai dari dikala menetsanya cysta atau telur Siklus hidup artemia bisa dimulai dari ketika menetasnya kista atau telur setelah 15 – 20 jam pada suhu 25°C cysta akan menetas manjadi embrio. Dalam waktu berjam-jam embrio ini masih akan tetap menempel pada kulit kista pada fase ini embrio akan menuntaskan perkembangannya kemudian berkembang menjadi naupli yang sudah bisa berenang bebas pada awalnya naupli akan berwarna orange kecoklatan karena masih mengandung kuning telur.

Artemia secara lazim meningkat dengan baik pada kisaran suhu antara 25- 30oC, berlawanan dengan kista Artemia kering yang bisa tahan pada suhu -273 hingga 100oC. Artemia mampu dijumpai di danau dengan kadar garam tinggi yang umum disebut dengan brain shrimp. Kultur biomassa Artemia yang baik pada kadar garam antara 30-50 ppt. Untuk Artemia yang mampu membuat kista membutuhkan kadar garam diatas 100 ppt. Kadar oksigen terlarut yang diharapkan agar Artemia mampu meningkat dengan baik yaitu sekitar 3 ppm. Media untuk penetasan kista, dibutuhkan air yang pH-nya lebih dari 8, bila pH kurang dari 8 maka efisiensi penetasan akan menurun atau waktu penetasan menjadi lebih panjang.
Artemia yang gres menetas tidak akan makan, alasannya lisan dan anusnya belum terbentuk dengan sempurna sehabis 12 jam menetas mereka akan ganti kulit dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan, dengan pakan berupa mikro alga, kuman, dan detritus organik lainnya. Pada dasarnya Artemia akan memakan jenis pakan apa saja selama materi tersebut tersedia diair dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi dewasa dalam waktu 8 hari. Artemia terpelajar balig cukup logika rata-rata berukuran sekitar 8 mm, meskipun demikian pada kondisi yang tepat mereka mampu meraih ukuran sampai dengan 20 mm, pada kondisi demikian biomasanya akan mencapi 500 kali dibandingakan biomasa pada fase naupli.
Salinitas rendah dan dengan pakan yang optimal, betina Artemia bisa mengahasilkan naupli sebanyak 75 ekor perhari selama hidupnya (sekitar 50 hari) betina Artemiamemproduksi naupli rata-rata sebanyak 10 -11 kali, dalam kondisiyang sesuai, artemiadewasa mampu hidup selama 3 bulan dan memproduksi nauplii atau cysta sebanyak 300 ekor (butir) per 4 hari. cysta akan terbentuk kalau lingkungannya bermetamorfosis sangat salin dan materi pakan sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangat tinggi antara siang dan malam hari.
Protein mempunyai peranan penting untuk menjaga jaringan secara wajar , untuk perawatan jaringan tubuh mengagati sel-sel yang rusak dan pembentukan sel-sel gres. Komponen penyusun protein merupakan asam amino. Kualitas protein ditentukan oleh asam amino pembentuknya, makin lengkap asam amino esensial pembentuk protein maka kian tinggi mutu dari protein tersebut. Artemia sp gampang sekali dicerna alasannya ialah kulitnya sangat tipis (kurang dari 1 m). Artemia sp (nauplius) mengandung protein 42% dan artemia sp. Dewasa (biomassa) hingga 60% berat kering protein Artemia sp kaya akan asam amino esensial.
Kandungan protein Artemia sp meraih 40%-60% karbohidrat 15% - 20%, air 1% - 10% dan debu 3% - 4% kandungan protein inilah yang menjadikan Artemia sp dipakai selaku pakan alami yang sulit digantikan dengan pakan yang lain.lebih lanjut ditambahkan bahwa komposisi kandungan nutrisi Artemia sp bermacam-macam faktor yang menghipnotis komposisi tersebut diantaranya yakni strain,mutu dan ketersedian makan serta kondisi kawasan Artemia sp hidup.
Perkembangbiakan artemia ada dua cara, yakni partenhogenesis dan biseksual pada artemia yang termasuk jenis parthenogenesis populasinya terdiri dari jantan dan betina semua yang mampu membentuk telur dan embrio meningkat dari telur yang tidak dibuahi. Sedangkan pada artemia jenis biseksual, populasinya berisikan jantan dan betina yang berkembang melalui perkawinan dan embrio meningkat dari telur yang dibuahi. Sedangkan pada artemia jenis biseksual populasinya terdiri dari jantan dan betina yang berkembang lewat perkawinan dan embrio meningkat dari telur yang dibuahi. Betina memiliki sebuah atau sepasang ovary dan sepasang seminal receptacle.

Copepod jantan yang hidup bebas umumnya mempunyai suatu testes dan membentuk spermatofora pada waktu kopulasi, copepod jantan dan membentuk spermatofora pada waktu kopulasi, copepod jantan memegang yang betina dengan antena pertama atau kaki renag keempat atau kelima yang berupa capit, dan menaruh spermatofora pada betina pada pembuahan seminal receptacle. Sekali kopulasi dapat dipakai untuk membuahi 7 hingga 13 golongan telur. Stadia nauplius sebanyak 5 atau 6 instar, kemudian menjadicopepod berakal balig cukup akal tidak mengalami pergeseran kulit. Perkembangan dari telur hingga sampaumur memakan waktu antara satu ahad hingga satu tahun copepod hidup bebas berumur antara 6 bulan hingga satu tahun lebih.
Kebiasaan makan artemia salina yakni dengan manyaring pakan (filter feeder). Artemia menelan apa saja yang ukurannya kecil, baik benda hidup, benda mati, benda keras, maupun benda lunak. Di alam, pakan artemia antara lain berbentukdetritus bahan organik, ganggang-ganggang renik, basil, dan cendawan (ragi maritim). Artemia juga merupakan hewan yan bersifat filter feeder non pilih-pilih, oleh alasannya itu faktor paling penting yang mesti diperhatikan dalam memilih pakan artemia merupakan ukuran partikel kurang dari 50 µm sehingga gampang dicerna, mempunyai nilai gizi dan bisa larut dalam media kultur. Artemia mulai makan pada instar ketiga, yakni sehabis akses pencernaan terbentuk. Ukuran partikel pakan untuk larva artemia yakni 20-30 µm dan untuk artemia remaja antara 40-50 µm.
Penetasan kista Artemia dapat dijalankan dengan 2 cara, yaitu penetasan eksklusif (non dekapsulasi) dan penetasan dengan cara dekapsulasi. Dekapsulasi merupakan sebuah proses untuk menetralisir lapisan terluar dari kista Artemia yang keras (korion). Cara dekapsulasi dikerjakan dengan mengupas bagian luar kista menggunakan larutan hipoklorit tanpa mensugesti kelangsungan hidup embrio. Cara dekapsulasi merupakan cara yang tidak biasa digunakan pada benih ikan maupun udang, namun untuk mengembangkan daya tetas dan menghilangkan penyakit yang dibawa oleh kista Artemia cara dekapsulasi lebih baik dipakai.
langkah-langkah penetasan dengan cara dekapsulasi yaitu selaku berikut:
- Kista Artemia dihidrasi dengan memakai air tawar selama 1-2 jam
- Kista disaring memakai plankton net 120 µm dan dicuci higienis
- Kista dicampur dengan larutan kaporit atau klorin dengan konsentrasi 1,5 ml per 1 gram kista, kemudian dicampur hingga warna menjadi merah bata
- Kista secepatnya disaring menggunakan plankton net 120 mikron dan dibilas menggunkan air tawar hingga busuk klorin hilang dan cysta siap menetas.
- Kista akan menetas setelah 18-24 jam. Pemanenan dilaksanakan dengan cara mematikan aerasi untuk memisahkan kista yang tidak menetas dengan nauplii Artemia.
Kista hasil dekapsulasi bisa segera dipakai (ditetaskan) atau disimpan dalam suhu 0o C – 4oC dan dipakai sesuai keperluan dalam kaitannya dengan proses penetasan. Kista sesudah dimasukan ke dalam air maritim (5-70 ppt) akan mengalami hidrasi berbentuk lingkaran dan di dalamnya terjadi, metabolisme embrio yang aktif, sekitar 24 jam kemudian cangkang kista pecah dan timbul embrio yang masih dikemas dengan selaput. Wadah penetasan Artemia mampu dikerjakan dengan wadah beling, polyetilen (ember plastik) atau fiber glass. Ukuran wadah mampu diadaptasi dengan keperluan, mulai dari volume 1 liter hingga dengan volume 1 ton bahkan 40 ton.
Standar mutu air ialah pola kelayakan sebuah perairan dalam menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik nilainya dinyatakan dalam kisaran tertentu. Pakan alami tumbuh subur pada perairan yang banyak mengandung materi-bahan organik dan anorganik. Pakan ini bisa pula ditumbuhkan dalam tempat yang sempit, tertutup dan dalam media yang terbatas asalkan menyanggupi persyaratan meningkat seperti suhu,salinitas, pH dan intensitas cahaya.
Suhu air mempunyai dampak terhadap fisiologi binatang dalam hal metabolisme dan kelarutan oksigen dalam air peningkatan suhu akan dibarengi dengan meningkatnya konsumsi oksigen dan akan menurunkan daya larut oksigen dalam air. Artemia sp tidak bisa hidup pada suhu kurang dari 60C atau lebih dari 350C akan tetapi, hal ini jelas sungguh tergantung pada individunya dan kebiasaan daerah hidup mereka. Artemia sp tidak bisa hidup pada suhu kurang dari 60C atau lebih dari 350C. Akan tetapi, hal ini terperinci sungguh tergantung pada individunya dan kebiasaa tempat hidup mereka.

pH ialah logaritma negatif dari aktifitas ioh hidrogen. pH secara tidak pribadi menghipnotis pertumbuhan artemia, pertumbuhan artemia kisran optimun pH 7,-3 – 8,4. Kemudian kadar oksigen mesti dijaga dengan baik untuk pertumbuhan artemia sp. Artemia sp dengan suplai oksigen yang bagus, artemia sp akan bewarna kuning atau merah jambu. Warna ini mampu berubah menjadi kehijauan kalau mereka banyak mengkonsumsi mikro alga. Apabila kadar oksigen dalam air rendah dan air banyak mengandung materi organik atau kalau salinitas berkembangartemia akan mengkonsumsi basil,detritus dan sel-sel kamir (yest). Pada kondisi demikian mereka akan bewarna merah atau orange. Apabila kondisi ini terus berlanjut mereka akan memulai memproduksi kista adapun oksigen terlarut yang dikehendaki Artemia sp 4,0 - 6,5.
Artemia mampu tumbuh dengan baik pada kadar garam 30-50 ppt untuk artemia yang menciptakan kista membutuhkan kadar garam diatas 100 ppt. Salah satu keunggulan jasad renik ialah kemampuannya dalam mengikuti keadaan terhadap aneka macam kondisi lingkungan, utamanya terhadap salinitas. Hewan ini bisa hidup pada rentang salinitas 5-150 ppt. Beberapa jenis bahkan mampu hidup diperairan dengan salinitas hingga 350 ppt.
Cahaya mampu juga membatasi kemajuan Artemia sp, alasannya adalah ia bersifat fototaksis nyata, kemungkinan adanya cahaya membuat aktifitas yang tinggi dari larva dengan demikian energi yang seharusnya dipergunakan untuk pertumbuhan dipergunakan untuk aktifitas pergerakkannya, intesitas cahaya yang diperlukan Artemia sp 1000 lux. Lama waktu penetasan 18-36 jam.
Referensi :
mesti di isi/search?q=pembagian terencana tentang-dan-morfologi-artemia-salina
http://media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090084_2_8226.pdf
https://nurhasanaquacultur.wordpress.com/2015/09/18/pembagian terorganisir perihal-dan-morpologi-artemia/