Ikan nilem (Osteochilus hasselti) ialah ikan endemik (asli) Indonesia yang hidup di sungai–sungai dan rawa–rawa. Ciri–ciri ikan nilem nyaris serupa dengan ikan mas. Ciri–cirinya yakni pada sudut–sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut–sungut peraba. Sirip punggung didukung oleh tiga jari–jari keras dan 12–18 jari–jari lunak. Sirip ekor berjagak dua, bentuknya simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari – jari keras dan 5 jari–jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari–jari keras dan 13–15 jari–jari lunak. Jumlah sisik gurat segi ada 33–36 keping, bentuk tubuh ikan nilem agak memenjang dan piph, ujung lisan runcing dengan moncong (rostral) terlipat, serta bintim hitam besar pada ekornya merupakan ciri utama ikan nilem. Ikan ini tergolong golongan omnivora, makanannya berbentukganggang penempel yang disebut epifition dan perifition
Ikan nilem akan melaksanakan pemijahan pada kondisi oksigen berkisar antara 5 – 6 ppm, karbondioksida bebas yang optimum untuk kelancaran hidup ikan adalah ≤ 1 ppm. Suhu yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan nilem berkisar antara 18 – 28oC, dan untuk pH berkisar antara 6,7 – 8,6. Untuk kandungan ammonia yang disarankan yakni 0,5 ppm. Ikan nilem akan melakukan pemijahan pada kondisi oksigen berkisar antara 5 – 6 ppm, karbondioksida bebas yang optimum untuk kelangsungan hidup ikan yakni ≤ 1 ppm. Suhu yang optimum untuk kelancaran hidup ikan nilem berkisar antara 18 – 28oC, dan untuk pH berkisar antara 6,7 – 8,6.
Ikan nilem adalah ikan organik yang artinya tidak memerlukan pakan aksesori atau pellet. Ikan nilem termasuk ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora). Larva yang gres menetas lazimnya memakan jenis zooplankton (binatang yang berskala kecil atau mikro yang hidup diperairan dan bergerak balasan arus perairan) merupakan rotifer. Sedangkan benih dan ikan bakir balig cukup akal mengkonsumsi berkembang-tanaman air mirip chlorophyceae, characeae, ceratophyllaceae, polygonaceae.
Pemijahan yakni proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina yang mengeluarkan sel telur dari betina, sel sperma dari jantan dan terjadi di luar tubuh ikan (eksternal). Dalam budidaya ikan, teknik pemijahan ikan dapat dilakukan dengan tiga macam cara, ialah:
1. Pemijahan ikan secara alami, adalah pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia, terjadi secara alamiah (tanpa perlindungan rangsangan hormon),
2. Pemijahan secara semi intensif, yakni pemijahan ikan yang terjadi dengan memperlihatkan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, namun proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam,
3. Pemijahan ikan secara intensif, yakni pemijahan ikan yang terjadi dengan memperlihatkan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya dijalankan secara bikinan dengan teknik stripping atau pengurutan.
Reproduksi pada ikan dikelola oleh kelenjar pituitari adalah kelenjar hipotalamus, hipofisis gonad, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya efek dari lingkungan yaitu temperatur, cahaya, cuaca yang diterima oleh reseptor dan lalu diteruskan ke metode syaraf kemudian hipotalamus melepaskan hormon gonad yang merangsang kelenjar hipofisa serta mengendalikan kemajuan dan kematangan gonad dalam pemijahan.
Masa pertumbuhan sel telur dimulai dari keluarnya telur dari badan induk dan lalu bersinggungan dengan air, maka akan terjadi dua hal yakni terjadi ruang perivetelline di mana selaput chorion terlepas dari selaput vitelline alasannya masuknya air ke dalam telur, dan terjadi ruang pengerasan di mana selaput chorion mengeras sehingga akan membatasi terjadinya pembuahan poly sperma. Dalam keadaan optimum/kekuatan optimum, sperma dalam air bisa bergerak 1 – 2 menit.
Sel telur dan sperma memiliki suatu hormon atau zat kimia. Zat kimia spermatozoa dinamakan androgamon yang dibagi dalam dua macam yakni yang berfungsi untuk menekan aktivitas sperma ketika masih berada dalam salutan genital ikan jantan, dan yang berfungsi untuk menghimpun dan menahan sperma pada permukaan telur. Setelah telur dibuahi hingga dengan menetas, maka akan terjadi proses embriologi (abad pengeraman) ialah mulai mesoderm. Saluran pencernakan dan kelenjar pencernakan kuliner berasal dari endoterm. Sedangkan insang, linea lateralis, dan lipatan-lipatan sirip berasal dari ektoderm.
Penetasan terjadi jikalau embrio sudah menjadi lebih panjang dibandingkan dengan lingkaran kuning telur dan telah terbentuk sirip perut. Penetasan terjadi dengan cara penghancuran chorion oleh enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar ektoderm. Selain itu, penetasan disebabkan oleh gerakan-gerakan larva akhir peningkatan suhu, intensitas cahaya, dan penghematan oksigen.
Setelah menetas, embrio memasuki fase larva. Larva yakni embrio yang masih berupa primitif atau sedang dalam proses peralihan untuk menjadi bentuk definitif dengan cara metamorfosis. Akhir fase larva ditentukan oleh habisnya isi kantong kuning telur. Saat itu merupakan selesai dari bentuk primitif, dan berikutnya menjadi individu dewasa. Fase larva ini dibagi menjadi dua yakni pro-larva dan post-larva. Fase pro-larva ditandai dengan adanya kuning telur dalam kantongnya, sedangkan post-larva ditandai dengan menghilangnya kantong kuning telur, timbulnya lipatan sirip dan bintik-bintik pigmen.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh aspek genetik, hormon dan lingkungan. Faktor lingkungan yang terpenting yaitu zat hara. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua aspek, yakni aspek internal yang mencakup genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang bekerjasama dengan lingkungan. Faktor eksternal tersebut ialah komposisi mutu kimia dan fisika air, materi buangan metabolik, ketersediaan pakan, dan penyakit. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni masakan, ruang, suhu, salinitas, musim, dan aktivitas fisik
Demikian pembahasan singkat ihwal karakteristik proses pemijahan ikan nilem. Artikel ini diangkut dari sumber Academia.edu makalah singkat perihal pemijahan ikan nilem. Semoga bermanfaat!!