Rabu, 20 Oktober 2021

Mengenal Kutu Air Daphnia Selaku Pakan Alami Yang Elok Untuk Benih Ikan

Jenis- jenis pakan alami yang dikonsumsi oleh ikan sangat bermacam-macam, tergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Burayak ikan yang baru saja mencar ilmu mencari makan, pertama-pertama yang mereka makan ialah plankton. Bahkan ada juga beberapa ikan yang tetap setia selaku pemakan plankton sepanjang hidupnya. Dalam usaha budidaya kita biasa menggunakan pakan alami plankton. Pada lazimnya burayak ikan itu mula-mula makan plankton nabati (phytoplankton). Kemudian semakin bertambah besar ikannya, makanannya pun mulai bertambah pula. Mula-mula mereka beralih dari phytoplankton ke zooplankton. Salah satu zooplankton yang dipakai selaku pakan alami dan perlu dibudidayakan selaku sumber pakan ikan yang masih burayak (benih) diantaranya yakni Daphnia. Daphnia sangat cocok untuk benih ikan yang takjil mulutnya belum bisa menyantap pakan produksi (pelet)


Daphnia merupakan sumber pakan bagi ikan kecil, burayak dan juga binatang kecil yang lain. Kandungan proteinnya bisa meraih lebih dari 70% kadar materi kering. Secara biasa , mampu dikatakan terdiri dari 95% air, 4% protein, 0.54 % lemak, 0.67 % karbohidrat dan 0.15 % abu. Kepopulerannya selaku pakan ikan selain alasannya adalah kandungan gizinya serta ukurannya, yakni juga alasannya yaitu daphnia 2 bisa dibudidayakan secara massal sehingga bikinan mampu tersedia dalam jumlah mencukupi, hampir setiap ketika. 

Klasifikasi Ilmiah :

Kingdom ; Animalia 
Phyllum ; Arthropoda 
Subphylum ; Crustacea 
Class ; Branchiopoda 
Subclass ; Phyllopoda 
Order ; Diplostraca 
Suborder ; Cladocera 
Family ; Daphniidae 
Genus ; Daphnia

Daphnia kadang kala diketahui sebagai kutu air lantaran kemiripan bentuk dan cara bergeraknya yang mirip seekor kutu. Pada kenyataannya Daphnia tergolong dalam kelompok udang-udangan dan tidak ada relevansinya dengan kutu secara taxonomi. Daphnia merupakan udang-udangan renik air tawar dari kalangan Brachiopoda. Mereka boleh dibilang masih kerabat dengan Artemia. Meskipun gerakannya terlihat "meloncat" mirip seekor kutu sesungguhnya binatang ini berenang dengan memakai "kakinya" (sering disebut selaku antena), bahkan dengan banyak sekali gaya yang berbeda.


Daphnia merupakan udang udangan yang sudah menyesuaikan diri pada kehidupan tubuh perairan yang secara periodik mengalami kekeringan. Oleh alasannya adalah itu, dalam perkembangbiakannya (seperti halnya Artemia) dapat dihasilkan telur berbentukkista maupun anak yang "dilahirkan". Telur berbentukkista ini bisa bertahan sedemikian rupa kepada kekeringan dan dapat tertiup angin kemana-mana, sehingga tak asing kalau tiba-tiba dalam genangan air disekitar rumah ditemukan Daphnia.

Dalam kondisi masuk akal , dimana mutu air sesuai dan jumlah pakan cukup terdia Daphnia akan manghasilkan keturunannya tanpa kawin (aseksual/parternogenesis). Dalam kondisi demikian hampir semua Daphnia yang ada yakni betina. Telur yang tidak dibuahi ini meningkat sedemikian rupa dalam kantung telur di tubuh induk, lalu bermetamorfosis larva. Seekor Daphnia betina mampu menciptakan larva setiap 2 atau 3 hari sekali. Dalam waktu 60 hari seekor betina bisa menciptakan 13 milyar keturunan, yang semuanya betina. Tentu saja tidak semua jumlah ini bisa sukses hidup sampai cukup umur, keseimbangan alam sudah mengaturnya sedemikian rupa dengan diciptakannya banyak sekali lawan alami Daphnia untuk menertibkan populasi mereka. 

Daphnia muda mempunyai bentuk mirip dengan bentuk dewasanya tetapi belum dilengkapi dengan "antena" yang panjang. Apabila kondisi lingkungan hidup tidak memungkinkan dan cadangan pakan menjadi sungguh berkurang, beberapa Daphnia 5 akan memproduksi telur berjenis kelamin jantan. Kehadiran jantan ini diharapkan untuk membuahi telur, yang selanjutnya akan berkembang menjadi telur tidur (kista/aphippa). Seekor jantan bisa membuahi ratusan betina dalam suatu era. Telur hasil pembuahan ini memiliki cangkang tebal dan dilindungi dengan mekanisme pertahanan terhadap keadaan buruk sedemikian rupa. Telur tersebut mampu bertahan dalam lumpur, dalam es, atau bahkan kekeringan. Telur ini mampu bertahan selama lebih dari 20 tahun dan menetas sesudah mendapatkan keadaan yang sempurna. Selanjutnya mereka hidup dan berkembang biak secara aseksual. 


Daphnia memiliki banyak lawan alami untuk mengontrol populasinya sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu keseimbangan. Dalam membudidayakan Daphnia kedatangan musuh alami ini tentu saja tidak dikehendaki, alasannya akan sungguh menekan populasi Daphnia yang dipelihara tersebut atau bahkan musnah sama sekali, sehingga maksudnya selaku sumber pakan ikan tidak akan mampu dipenuhi. Salah satu musuh alami Daphnia yakni Hydra.Hydra ialah keluarga anemon. Berbeda dengan saudaranya yang hidup di laut binatang ini hidup di air tawar. Ukurannya mulai dari sangat kecil sampai hingga dengan 2 cm.

Daphnia hidup pada selang suhu 18-24°C Selang suhu ini merupakan selang suhu maksimal bagi perkembangan dan pertumbuhan Daphnia. Diluar selang tersebut, Daphnia akan cenderung dorman. Daphnia memerlukan pH sedikit alkalin yakni antara 6.7 sampai 9.2. Seperti halnya mahluk akuatik yang lain pH tinggi dan kandungan amonia tinggi mampu bersifat mematikan bagi Daphnia, oleh 6 alasannya ialah itu tingkat amonia perlu dijaga dengan baik dalam suatu metode budidaya mereka. Seluruh spesies Daphnia dimengerti sangat sensitif terhadap ion-ion logam, mirip Mn, Zn, dan CU, dan bahan racun terlarut lain seperti pestisida, materi pemutih, dan deterjen. 

Daphnia merupakan filter feeder, artinya mereka "memfilter" air untuk medapatkan pakannya berbentukmahluk-mahluk bersel tunggal mirip algae, dan jenis protozoa lain serta detritus organik. Selain itu, mereka juga memerlukan vitamin dan mineral dari dalam air. Mineral yang harus ada dalam air merupakan Kalsium, unsur ini sungguh dibutuhkan dalam pembentukan "cangkang"nya. Oleh lantaran itu, dalam wadah pembiakan akan lebih baik kalau di tambahkan bagian watu kapur, karang (koral) batu apung dan sejenisnya. Selain dapat mengembangkan pH materi tersebut akan menunjukkan suplai kalsium yang cukup bagi Daphnia. Beberapa jenis kotoran binatang yang sering dijadikan "media" berkembang Daphnia terkadang sudah mengandung kalsium dalam jumlah cukup, dalam kondisi demikian kalsium tidak butuhlagi ditambahkan. 


Daphnia dikenali toleran dengan kadar oksigen terlarut rendah. Pada keadaan dengan kadar oksigen terlarut rendah, mereka akan membentuk hemoglobin untuk menolong pendistribusian oksigen dalam tubuh mereka. Kehadiaran hemoglobin ini sering mengakibatkan Daphnia berwarna merah. Hal ini tidak akan terjadi bila kadar oksigen terlarut cukup. (Warna Daphnia acap kali diputuskan oleh jenis pakan yang dikonsumsi, selaku pola kalau mereka memakan algae, maka tubuhnya akan condong berwarna hijau). Suplai oksigen mampu diberikan pada kultur untuk menjamin kadar oksigen yang memadai. 

Oksigen bisa diberikan dalam bentuk gelembung besar, tanpa lewat distributor mirip watu berpori. Berikan gelembung ini secara perlahan. Gelembung udara halus, mirip dihasilkan oleh watu aerasi mampu terjebak dalam badan Daphnia sehinga menyebabkan binatang tersebut terekspos ke permukaan dan mati. Selain itu gelembung halus bisa menjadikan air menjadi jenuh oksigen. Air bosan oksigen dimengerti bersifat "racun" bagi Daphnia.

Demikianlah Ulasan singkat perihal mengenal kutu air daphnia selaku pakan alami yang elok untuk benih ikan. supaya bermanfaat!!!




Referensi :
mesti di isi/search?q=mengenal-daphnia-sebagai-pakan-alami
https://planktonologiunpad.wordpress.com/2013/04/21/mengenal-lebih-dekat-daphnia-sp/