Berbagai penelitian dalam bidang bioremidiasi sudah dilaksanakan dan sudah sukses membuatkan sebuah konsorsia mikroorganisme yang bisa menghilangkan zat pencemar secara efisien. Dalam penerapan bioremidiasi pada aquaculture mesti diperhatikan kondisi lingkungan yang mesti dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai untuk perkembangan mikroorganisme tersebut. Proses bioremidiasi oleh mikroorganisme ini merupakan suatu proses degradasi zat oleh enzim ekstraselular yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut. Tingginya kadar nitrogen dalam pakan dan feses akan menjadikan menurunnya nilai C/N ratio tanah. Maka diperlukan sebuah mikroorganisme yang menjinjing pada laju kenaikan respirasi.

Bioremediasi didefinisikan sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik polutan secara biologi dalam keadaan terkendali. Penguraian senyawa kontaminan ini biasanya melibatkan mikroorganisme (khamir, fungi, dan kuman). Pendekatan biasa yang dilaksanakan untuk mengembangkan biodegradasi adalah dengan cara: (i) memakai mikroba indigenous (bioremediasi instrinsik), (ii) memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi dan aerasi (biostimulasi), (iii) penambahan mikroorganisme (bioaugmentasi)
Bioremidiasi ialah pemanfaatan organisma untuk membersihkan senyawa pencemar darilingkungan. Pada proses ini terjadi biotransformasi atau biodetoksifikasi senyawa toksik menjadi senyawa yang kurang toksik atau tidak toksik. Proses utama pada bioremidiasi yaitu biodegradasi, biotransformasi dan biokatalis. Didefinisikan selaku proses penggunaan organisme hidup, utamanya mikroorganisme, untuk mendegradasi materi pencemar (toksikan) lingkungan yang merugikan ketingkat atau bentuk yang lebih aman dalam hal memperbaiki / mengembalikan kondisi suatu lingkungan yang sudah mengalami penurunan mutu menjadi seperti semula sesuai dengan fungsinya masing-masing. Bioremediasi bisa memanfaatkan acara metabolisme konsorsium kuman distributor bioremediasi yang terdiri dari bakteri nitrifikasi, denitrifikasi dan fotosintetik anoksigenik.
Pada teknologi bioremediasi ini bakteri nitrifikasi akan mendegradasi amonia menjadi nitrit, dan nitrat, kuman denitrifikasi akan mendegradasi nitrat atau nitrit menjadi gas nitrogen, sedangkan bakteri fotosintetik anoksigenik akan mendegradasi senyawa hidrogen sulfida menjadi serpihan welirang Salah satu yang sering dipakai merupakan kuman. Bakteri digunakan dalam banyak metode bioremediasi alasannya sifatnya yang fagositosis, ukuran kecil, tidak berupa hifa. Dalam aplikasi remediasi sedimen tambak digunakan jenis basil. Berbagai jenis kuman yang mampu dipakai yakni basil nitrifikasi dan denitrifikasi (Nitosomonos, Nitrosococcus, Nitrosospira, Nitrosovibrio, dan Nitrosolobus, Pseudomonas, Rhodospirillum rubrum, Rhizobium leguminosarum), basil heterotrofik (Clostridium) kuman fermentative (Lactobacillus bulgaricus, Streptococcus thermophilus, Streptococcus lactis, Lactobacillus sp., Lactobacillus sp., Pediococcus cerevisiae,) maupun bakteri fotosintetik anoksigenik (Rhodobakter, basil Bacillus).
Selama ini dalam budidaya tambak atau aquaculture, pengendalian penyakit masih mengandalkan antibiotik dan disinfektan. Penggunaan antibiotik seperti ini termasuk tidak bijaksana, Karena selain mampu membuat resistensi pada basil yang merugikan, juga kebanyakan antibiotik membuat residu yang nantinya akan mencemari tambak itu sendiri. Hal ini disebabkan karena penggunaan dalam dosis tinggi, jenis yang sungguh bermacam-macam, penggunaan dalam rentang waktu lama dan penggunaan jenis yang tidak bisa diurai secara biologis (non biodegradable).
Sekarang telah ditemukan probiotik untuk pengendalian penyakit pada aquaculture. Sebenarnya Probiotik telah ada semenjak tahun 1950-an, namun belum diketahui dengan sebutan probiotik. Definisi probiotik yakni kuliner suplemen (pelengkap) berbentuksel-sel mikroorganisme hidup, yang memiliki dampak menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya Probiotik untuk akuakultur mampu diberikan melalui pakan, air maupun melalui perantaraan pakan hidup ibarat rotifera atau artemia. Pada akuakultur mikroorganisme probiotik yang dipakai lebih bermacam-macam, diantaranya kelompok kuman asam laktat, Vibrio alginolyticus, Aeromonas sobria, Pseudomonas fluorescens, Bacillus toyoi, Enterococcus faecium; dan yeast menyerupai Saccharomyces cerevisiae. Usaha mengembangkan derajat tetas (hatching rate) telur dan survivalitas larvae sudah dikerjakan lewat manipulasi status mikrobiologi telur maupun lingkungannya dengan memasukkan kultur probiotik ke dalam kolam inkubator atau hatching tank.
Mikroba probiotik sendiri terdiri dari adonan bakteri fotosintetik, basil fiksasi, kuman lakta dan ragi. Aplikasi pada media tanah atau air atau pada limbah organic akan menghasilkan proses regenerasi terus – menerus dan meningkatkan proses oksidasi serta mampu mengintensifkan banyak sekali bentuk energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Peran probiotik mampu bersifat imunologik, penghambatan kolonisasi patogen lewat bikinan senyawa-senyawa antimikroorganisma dan peningkatan nilai nutrisi seperti bikinan vitamin-vitamin dan asam-asam amino, detoksikasi materi pakan, serta lewat program enzim pencernaan.
Berbeda dengan probiotik, biofilter juga mampu dipraktekkan dalam aquaculture dalam upaya meningkatkan kualitas air tambak. Seperti yang telah saya terapkan pada tambak di kawasan Pati, yang mana memakai enceng gondok, rumput maritim dan kerang darah selaku biofilter pada tambak bandeng. Enceng gondok sendiri berfungsi untuk menyaring logam berat pada permukaan perairan, sedangkan rumput bahari berfungsi untuk memfilter pada kolom air dan kerang darah pada dasar perairan terbukti mampu memperbaiki kualitas lingkungan tambak tersebut.
Beberapa laba dengan memakai teknologi ini merupakan :
- Mampu memperbaiki kondisi mutu air. Secara spesifik parameter mutu air yang mampu dikendalikan dengan memakai teknologi bioremedasi ini yakni senyawa ammonia, nitrit, nitrat dan hidrogen sulfida
- Menjaga udang menjadi lebih sehat. Dengan rendahnya senyawa toksik di air tambak menciptakan kondisi udang menjadi lebih sehat selama era pemeliharaan
- Ketiga. Meningkatkan nafsu makan udang. Udang yang sehat dan kondisi mutu air yang baik akan mengembangkan nafsu makan udang sehingga udang bisa berkembang dengan baik Mampu menjaga keseimbangan populasi plankton. Keseimbangan populasi plankton dengan diaplikasikannya basil bioremediasi bisa dikontrol dengan kecerahan antara 15-40 cm (secchi disk)
- Mampu mempertahankan keseimbangan populasi kuman heterotrofik. Bakteri bioremediasi akan menekan laju kemajuan bakteri heterotrofik yang dapat menjadikan penyakit bakterial pada udang, sehingga udang mampu terbebas dari serangan kuman patogen Mudah memproduksi dan mengaplikasikannya. Konsorsium bakteri bioremediasi dikultur dalam media cair sehingga aplikasikannya dengan menebarkan basil di permukaan air tambak atau di sedimen (tanah) apabila tambak masih dalam tahap persiapan. Untuk memproduksi kuman agen bioremediasi memerlukan waktu inkubasi selama 4 hari dengan menggunakan galon-galon air meneral steril atau memakai bioreaktor (dilaboratorium).
Keberadaan bakteri pengurai sungguh kuat terhadap persediaan oksigen yang secara alami terlarut dalam air tambak, sehingga penambahan mikroba pengurai kedalam kolam pasti akan mengakibakan fluktuasi fokus oksigen terlarut di setiap kolam. Bakteri autotrof yang berperan dalam proses nitrifikasi dalam media yang sama sungguh lambat pertumbuhannya dibanding dengan perkembangan kuman heterotrof. Hal tersebut disebabkan sebab kepekaannya kepada pergantian temperatur serta perubahan pH. Oleh alasannya itu menjaga eksistensi mikroba tersebut pada proses nitrifikasi selama mungkin menjadi penting artinya. Kecepatan pertumbuhan kuman akan sangat menentukan bagi proses nitrifikasi. Seperti pada gambar sebelumnya yang menunjukkan kecepatan pengubahan ammonia yang besar diberikan perlakuan penambahan mikoba, maka kecepatan pertumbuhan basil pun mendukung hal itu. Keberadaan basil pengurai yang semakin stabil dalam metode dapat tampakdari acuan-pola puncak parameter nitrifikasi yang terbentuk.
Aplikasi bioremidasi pada aquaculture sungguh beragam diantaranya mampu dilaksanakan dengan Bioaugmentasi, penggunaan probiotik dan juga biofilter. Organisme yang bisa dipakai pun sungguh beragam, sehingga kita mampu menyeleksi yang cocok dengan keadaan tambak.
Sumber dokumen makalah academia.edu "Bioremediasi Dalam Perikanan"