Kamis, 21 Oktober 2021

Manajemen Pakan Yang Bagus Untuk Budidaya Ikan Lele


Para pembudidaya ikan lele disarankan untuk memanajemen pinjaman pakan yang terprogram secara efektif dan effisien. Efektif dimana pakan yang di berikan bisa di makan ikan dan effesien dalam hal pembiayan modal pembelian pakan. Pada Prakteknya, sering ditemui di antara petani atau pembudidaya ikan lele yaitu memberi makan lelenya hingga kenyang bahkan adakala pakan tersebut terbuang sia sia alasannya sudah tak di makan oleh ikan lele. 

Para pembudidaya ikan lele terfikir atau ber perkiraan bahwa bertambah banyak lele makan maka kian cepat dan besar pula lele yang dihasilkan dan ikan pun mampu cepa dipanen. Namun pada kenyataannya tidaklah ibarat itu, justru berlebihan memberi pakan akan bikin aktivitas usaha budidaya ikan lele menjadi tidak efektif bahkan merugi. 

Tim Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Forum Komunikasi Mina Pantura di Jateng, membandingkan lele yang diberi makan sekitar 80% dari daya kenyang lele dengan lele yang diberi makan sekenyangnya.lele yang kekenyangan cenderung berdiam menggantung di permukaan air sehingga gampang diserang parasit dan kuman.

Jika terjadi kondisi yang mengagetkan, seperti riak air secara tiba-tiba, ikan yang lambungnya sarat akan mudah memuntahkan kembali pakan yang sudah dimakannya. Pakan tersebut secara tidak eksklusif akan menjadi amoniak dan akan menjadi racun pada ikan lele. Timbunan limbah ini akan menyebabkan habitat ikan memburuk, seperti air berbusa, berwarna ajaib, dan sebagainya. Habitat Ikan lele yang rusak akan mengganggu kemajuan ikan lele

Ternyata, Perkembangan Ikan Lele lebih singkat besar yang 80% kenyang. Ketika makan 80%, metode pencernaan lele punya waktu untuk menciptakan enzim pemecah protein, karbohidrat, dan lemak . Dan Pakan Yang telah di makan tidak dikeluarkan kembali alasannya adalah kekenyangan.

Protein yang dimanfaatkan lele pun tidak semuanya, namun hanya sekitar 30% dari kadar bagian C (karbon), N (nitrogen), dan P (fosfor). Proten tersebut di manfaatkan untuk bikin tubuh ikan lele bertambah besar secara berlahan bukan tata cara pencernaan dan lambung yang membengkak balasan kekenyangan. Sisanya Protein dan zat yang yang lain akan terbuang melalui ekskresi dan feses. Jadi resiko akan menjadi racun sudah terurai dalam tata cara pencernaan ikan lele.

Selain itu, dengan memberi makan sekitar 80% saja, pakan pun mampu diminimalisir. Jika untuk menciptakan 1 ton lele dengan tata cara adlibitum (sekenyangnya) butuh 1 ton pakan, maka jika kita menerapkan metode 80%, maka cuma diharapkan 8 kuintal saja untuk mencapai berat yang serupa. 

Pakan yang terbuang pun selain mencemari media perairan, juga menimbulkan kerugian finansial. Bila setiap hari pakan terbuang sebanyak 10 kg, maka dengan harga pakan Rp 8000/kg, kesempatankerugiannya Rp 80.000/hari. Dalam hitungan bulan, kerugiannya akan terasa cukup besar.

Oleh alasannya adalah itu, manajemen pakan lele penting untuk diamati. Selain meminimalisir dengan metode 80%, lele juga diusulkan puasa sehari dalam seminggu. Tujuannya untuk detoks metode pencernaan dan memberi waktu untuk pergantian sel-sel organ pencernaan sehingga lebih sehat. 

Tidak hanya itu, puasa lele juga mampu meminimalkan wangi pelet pada malam hari dan memberi waktu bagi organisme di kolam untuk mengurai limbah organik. Sebetulnya, lele tidak 100% puasa. Ketika lele “berpuasa” pakan yang diberi insan, lele akan tetap memanfaatkan pakan alami berupa flok berbentukplankton yang ada di dalam kolam.

Pada dasarnya, pinjaman pakan terprogram lebih baik daripada santunan pakan hingga kenyang (dan jarang-jarang). Selain mengakibatkan ikan lebih sehat, kualitas air lebih higienis, FCR juga menjadi lebih baik.