Gurame merupakan ikan yang memiliki perkembangan agak lambat namun harganya relatif berkembangsetiap ketika. Gurami (Osphronemus goramy) ialah sejenis ikan air tawar yang terkenal dan diminati selaku ikan konsumsi di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Gurame termasuk ikan budidaya yang butuh perhatian lebih dalam pembudidayaannya daripada ikan konsumsi yang lain.
Keberhasilan pembudidayaan ikan gurame dimulai dari teknik tunjangan pakannya. Ada beberapa hal yang mesti diamati oleh pembudidaya biar pembudidayaan ikan guramenya dapat sukses dan menciptakan.
Pemberian pakan yang teratur dengan mutu dan kuantitas yang tinggi mampu meningkatkan perkembangan badan ikan lebih cepat. Induk–induk gurami yang sehat dan terjamin makanannya bisa dipijahkan dua kali setahun berturut-turut selama 5 tahun (www.ristek.go.id). Gurami terkenal sebagai ikan yang gerakannya lambat sehingga sering kalah bersaing dengan jenis ikan lain dalam memperebutkan masakan hewani. Jadi tak aneh jikalau pertumbuhannya tidak secepat ikan omnivora yang lain.
Untuk merangsang pertumbuhan gurami perlu diberikan pakan hewani dan nabati dalam komposisi yang ideal. Gurami tidak mampu diberi 100% pakan pabrik karena dagingnya akan menjadi lembek. Untuk memenuhi pakan nabati, bisa disediakan aneka macam jenis hijauan seperti daun sente, kangkung, daun ubi kayu, tumbuhan air atau daun tanaman darat yang lunak dan masih muda.
Jika ditambah enzim komplek, komposisi pertolongan pakan hewani dan nabati yang baik yaitu 2%/kg. Berdasarkan pengalaman beberapa petani, pertolongan daun sente (Alocasia machoriza), sejenis talas–talasan menunjukkan perkembangan yang paling baik. Pemberian pakan nabati dimulai dikala benih seukuran korek atau kira-kira berumur 3,5 bulan (Agus, 2001).
Pakan diberikan berupa pelet dengan kandungan protein yang disesuaikan dengan ukuran ikan jika: a). Ukuran ikan 3–5 cm kadar proteinnya 38%, b). Ukuran ikan 5–15 cm kadar proteinnya 32% dan c). Ukuran ikan > 15 cm kadar proteinnya 28% (Badan Standardisasi Nasional, 2009).
Ransum harian pakan buatan dilaksanakan secara bersiklus dengan dosis 1–3% dari bobot biomass perhari dengan frekuensi sumbangan 1–2 kali per hari yakni pagi dan sore. Sedangkan pakan hijauan diberikan dengan dosis 1–2% dari bobot biomass perhari dengan frekuensi satu kali per hari.
Dengan tolok ukur takaran tersebut, maka bobot pakan per hari mampu berganti seiring dengan penambahan bobot ikan dalam bak. Penambahan bobot tersebut sering disebut dengan pertumbuhan. Besarnya perkembangan bisa dimengerti melalui teknis sampling (mengambil beberapa ekor ikan dan menimbang bobotnya). Bobot total ikan dalam kolam adalah perkalian antara bobot rata-rata ikan yang disampling dengan jumlah ikan yang dipelihara. Penyesuaian jumlah pakan disesuaikan dengan hasil sampling bobot total ikan yang dilaksanakan sekali dalam dua pekan.
Sumber :
http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id